Kebudayaanpolitik di Indonesia pada dasarnya bersumber dari tingkah laku, pola daninteraksi yang majemuk, Menurut Herbert Feith dan Lance Castles dalam buku”Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965”. Ada lima aliran pemikiran politik yangmewarnai perpolitikan di Indoensia, yakni: nasionalisme radikal, tradisionalismeJawa, Islam, sosialisme demokrat, dan komunisme. Kelima aliran pemikiran inilahyang membentuk budaya politik dan sistem politik di Indonesia dari masa lampausampai masa sekarang, dengan berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia. MembicarakanBudaya politik di Indonesia tak lepas dari pemikiran politik yang secarahistoris mewarnai perpolitikan di Indonesia. Pemikiranpolitik masa pergerakan dimulai dari munculnya Budi Utomo pada tahun 1908.Lahirnya organisasi ini merupakan tonggak awal pergerakan bangsa Indonesiamelawan kolonialisme. Setelah munculnya Budi Utomo, mulailah munculorganisasi-organisasi lainnya yang juga berpikiran untuk melawan penjajahan.Namun, yang perlu dicatat adalah ketika itu organisasi-organisasi yangdidirikan masih menamakan etnik/suku bangsanya masing-masing, bukan atas namaIndonesia. Hal ini terbukti dari adanya organisasi-organisasi seperti JongJava, Jong Sumatrenan Bond, dan lainnya.
Semangat pergerakan ini sendiri mulaimuncul semenjak runtuhnya “mitos kulit putih”, dimana ada anggapan bahwa orangkulit putih adalah merupakan yang terkuat, super power, dan tidak bisadikalahkan. Anggapan ini hancur setelah kemenangan Jepang atas Rusia di perangdunia, sehingga hal tersebut memicu semangat dari para pemuda Indonesia untukberjuang. Pemikiranpada masa pergerakan kemerdekaan beberapa tokoh meuncul dalam upaya kemerdekaanIndonesia, diantara tokohnya yaitu: Sukarno, Mohammad Hatta, Natsir, SutanSyahrir & Tan Malaka. Para tokoh inilah yang mewarnai aktivitas politikpada masa pergerakan.
Pemikrian politik yang paling dominan pada masapergerakan adalah pemikiran sosialisme demokrat yang pada waktu itu wacanasosialisme demokrat di gagas oleh Soetan Syahrir dan Mohammad Hatta dalam wadahPartai Sosial Demokrat (PSI) pada waktu itu. AliranSosialisme Demokrat mempunyai perbedaan dengan sosialis di Indonesia lainnya,perbedaan terletak pada besarnya perhatian partai ini terhadap kebebasanindividu, keterbukaan terhadap arus intelektual dunia dan penolakan terhadapobsercruantisme, chauvinisme, dan kultus individu.
Pada tahun 1932 Syahrir danHatta sekembalinya dari luar negeri mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia,badan ini mengabdikan diri pada strategi pembentukan kader politik yang matang,yang dapat berdiri sendiri dan dapat meneruskan kegiatan nasionalis meskipunpara pemimpinya tersingkir, dan terbukti pada tahun 1934 dua tahun setelah PNIdidirikan Syahrir dan Hatta di tangkap dan dibuang ke Indonesia Timur, dan barudi bebaskan beberapa saat menjelang serbuan Jepang. Sampaiawal tahun 1950an PSI tetap menjadi salah satu kekuatan politik yang penting,dan namanya cukup berwibawa di luar negeri, tetapi di Indonesia sendiripengaruh partai ini lama-lama berkurang. Partai ini lebih banyak menarik paracendikiawan di banding dengan partai-partai lainnya dan sering memegang perananpenting dalam perdebatan-perdebatan politik. Tetapi pada akhir lima puluhan PSImendapat banyak kritikan karena tidak mengakar ke rakyat.
Ketika PresidenSukarno menetapkan demokrasi terpimpinPandangan Bung Hatta berasal dari berbagai tulisan dan pidato beliau sewaktu diEropa yang bermaksud untuk memperkenalkan Indonesia tentang cita-citakebangsaan, penderitaan rakyat banyak, kekejaman perlakuan pemerintah Belandaterhadap rakyat dan pergerakan kebangsaan dan cara-cara yang menurutnya perludilakukan untuk mencapai cita-cita kemerdekaan itu. Pemikiran-pemikiran beliauuntuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan kolonialisme Belandaadalah. Ketikamasa-masa pergerakan, belum dikenal istilah nation-state yang kitaartikan seperti sekarang. Saat itu, pengertian bangsa diidentikkan denganetnik. Dari hal ini bisa dimenegrti bahwa ketika itu perjuangan melawankolonial masih terkotak-kotak, atau dengan kata lain perjuangannya masihsendiri-sendiri, berdasarkan etnik. Pengertian bangsa sebagai etnik ditambahkanoleh Rennan & Bauer dengan adanya karekter. Artinya, bangsa merupakan sekelompokorang yang mempunyai pengalaman politik yang sama dan berusaha mempertahankan,kelompok, karakter, dan daerahnya.Pendifinisian ini berdasarkan apayang terjadi di Eropa ketika itu.
Akan tetapi, menurut Soekarno, pendefinisiantadi belum sempurna karena belum memasukkan unsur tempat atau geopolitik yangharus dipertahankan sampai mati. PemikiranSoekarno ini memicu reaksi dari tokoh seperti Agus Salim, dan tokoh-tokoh Islamlainnya.
Mereka menganggap bahwa pemikiran seperti itu sama saja dengan bentukpenyembahan berhala terhadap negara. Perdebatan inilah yang pada akhirnyamemicu polemik antara agama dan negara, khusunya yang terjadi disekitar era‘30an dan ‘40an, ketika penentuan apa yang menjadi dasar negara saat Indonesiamenjelang kemerdekaannya. Dalam polemik ini, timbul dua kubu yang salingmempertahankan argumennya masing-masing. Kelompok pertama terdiri daritokoh-tokoh Islam seperti Agus Salim, HOS Tjokroaminoto, M. Natsir, dan A.Hasan. Kelompok ini menyatakan bahwa agama dengan negara merupakan kesatuanyang integral dan tidak bisa dipisahkan.
Namun, kelompok lain-yaitu Soekarnodan pendukung paham nasionalis lainnya-beranggapan bahwa agama dan politiktidak bisa disatukan, mereka terpisah satu sama lain. Agaknya pemikiranSoekarno ini diperngaruhi oleh pemikiran dari Kemal Ataturk, Bhipir ChandraBoze, Syekh A. Raziq, Musthafa Kamil, Halida Edib Hanow, Sun Yat Sen, dll. Menurut Agus Salim, dasar negara yang nasionalis hanyaakan menimbulkan chauvinisme atau nasionalisme sempit. Ini didasarkan atasadanya peperangan yang terjadi di Eropa Barat karena perebutan daerah ekspansiindustri. Adanya akspansi ini didasarkan adanya rasa chauvinisme di kalangannegara-negara Barat ketika itu. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh AgusSalim.
Selain itu, beliau juga berpendapat bahwa cinta bangsa seharusnyadiwujudkan dengan mendahulukan kepentingan bangsanya, seperti perbaikanekonomi, politik, dsb, bukan dengan membela negara sampai mati danmengesampingkan aspek-aspek lainnya. Lain halnya dengan HOS Tjokroaminoto.
Indonesia Pdf Pemikiran Politik Indonesia
Pemikir iniagaknya lebih moderat, karena memperbolehkan dasar negara berasas nasionalismeatau kebangsaan, namun dengan catatan tidak boleh sampai pada tahapchauvinisme. Pandangan ini sangat berbeda dengan pemikiran A. Hasan yangmengatakan bahwa paham kebangsaan atau nasionalisme dilarang dalam Islam danhukumnya haram, dosa jika dilakukan. Pemikiran ini didasarkan pada pemahamanbahwa dalam Islam yang dipentingkan adalah kebersamaan umat, bukan konsepnegara yang memiliki sekat-sekat dan batas-batas kewilayahan. Dalam hal tanggapan terhadap pemikiran Soekarno yangnasionalis, Natsir beranggapan bahwa Soekarno kagum terhadap Kemal Ataturk yangbisa merubah Turki menjadi negara modern setelah keterpurukannya dimasa dinastiUsmaniyah, sampai-sampai dimasa itu Turki dijuluki the sick man of Europe.Keberhasilan Kemal yang membuat Turki menjadi bangkit itulah yang menjadi salahsatu inspirator Soekarno untuk berpikir sekuler, atau memisahkan agama dannegara. Akan tetapi, menurut Natsir, dinasti Usmani ketika itu tidaklahmencerminkan Islam yang sesugguhnya. Terpuruknya dinasti Usmani dikarenakankesewenang-wenangan peguasa yang berkuasa ketika itu.
Makalah Politik Indonesia
Jadi anggapan bahwaTurki menjadi terpuruk karena adanya penyatuan antara negara dan agamamerupakan anggapan yang keliru. Menurut Syekh Abdul, dalam sumber hukum Islam, tidakada perintah untuk membuat negara Islam. Pemikiran ini agaknya memang benarkarena di dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits tidak diatur tentang bagaimanaseharusnya sebuah negara, atau dengan kata lain memang tidak ada perintah untukmembangun sebuah negara Islam. Hal ini berbeda dengan pemikir sekuler lainnyaseperti Bipir Chandra Boze dan Sun Yat Sen, yang merupakan pejuang kaumtertidas, sehingaa semangat nasionalisme mereka benar-benar tinggi.
Lain lagi denganpemikiran dari Halida Edib Hanow dan Mustafa Kamil yang mengatakan bahwa saatini bukan zamannya lagi kekhalifahan, melainkan sekarang adalah zamannasionalisme. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa ada kelompokpemikir yang tidak menginginkan pencampuran unsur agama dan negara. Pemikiraninilah yang diadopsi oleh Soekarno dalam meletakkan pondasi bagi bangsaIndonesia. Inspirasi tentang pemikiran ini didapat dari beberapa tokohsekulerisme yang telah disebutkan diatas. Hal penting yang perlu diperhatikanadalah prinsip nasionalisme yang dikembangkan oleh Soekarno adalahhumanisme, bukan chauvinisme.
Jadi Soekarno tetap mementingkan nilai-nilaikemanusiaan dalam prinsip nasionalismenya. Pemikiran Soekarno inilah yang akhirnya “memenangkan”polemik tentang apa yang menjadi dasar bagi negara Indonesia. Dalam konstitusi,diatur bahwa dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Namun, perdebatantersebut kembali memanas ketika perumusan kembali konstitusi dalam konstituanteuntuk mengganti UUDS 1950. Perdebatan sengit kembali terjadi dalam mejakonstituante yang pada akhirnya dibubarkan oleh Soekarno melalui dekrit karenadianggap tidak mampu menyelesaikan tugas untuk merumuskan konstitusi baru.Akhirnya, berdasarkan dekrit pula, konstitusi kembali ke UUD 1945, dan dengankata lain dasar negara tetap Pancasila.
Politik Di Indonesia
Ini menyebabkan kekecewaan para kaumpro Islam yang pada akhirnya nanti muncullah gerakan-gerakan ekstrimis Islamyang radikal, seperti DI/TII. Pemikiran pada masa pergerakankemerdekaan beberapa tokoh meuncul dalam upaya kemerdekaan Indonesia, diantaratokohnya yaitu: Sukarno, Mohammad Hatta, Natsir, Sutan Syahrir & TanMalaka. Ketika masa-masa pergerakan, belum dikenal istilah nation-stateyang kita artikan seperti sekarang. Saat itu, pengertian bangsadiidentikkan dengan etnik. Dari hal ini bisa dimenegrti bahwa ketika ituperjuangan melawan kolonial masih terkotak-kotak, atau dengan kata lainperjuangannya masih sendiri-sendiri, berdasarkan etnik. Pengertian bangsasebagai etnik ditambahkan oleh Rennan & Bauer dengan adanya karekter.Artinya, bangsa merupakan sekelompok orang yang mempunyai pengalamanpolitik yang sama dan berusaha mempertahankan, kelompok, karakter, dandaerahnya.